bumi dan bulan
Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.
Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.
Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.
Flasback..
Bandung,12 desember 2019
Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.
“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja
“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa
“Ha? Kamu yakin?”
“Yakin om”
“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”
Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya
“Saya punya cinta om”
Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa
“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”
Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.
“Sayang gimana?” tanya Anja
“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu
“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”
“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”
Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan
“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya
*“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya
“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”
“Yaudah deh aku coba ya..”
Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh
“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini
“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa
“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”
“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”
“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya
Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa
“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”
Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.
“Kamu mau nggak?” tanya Anja
“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa
Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk
“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja
“Gapapa kamu cantik aja..”
“Gombal banget kamu”
Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.
“Nja..”
“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya
“Ayo putus”
Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh
“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa
“Ayo kita putus”
“Hey kamu kenapa ha?”
“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”
“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”
Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini
“Aku tahu aku pengecut..”
“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja
“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”
“…itu yang bikin aku mundur Nja”
“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa
“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya
“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”
Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.
“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”
Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya
“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja
“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”
“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja
Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”
Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”
“Iya aku janji..”
Flashback off
Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir green tea panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput green tea tersebut bagi dia green tea panas dan melihat turunnya hujan adalah kombinasi terbaik.
Mahesa meneguk habis minumannya dan sekarang adalah waktu untuk pulang. Saat dia keluar ternyata masih turun hujan jadi membuka payungnya dan pergi dari café tersebut. Ketika dia berjalan, dia tidak sengaja bertemu dengan seseorang
“Mahesa..”
“Anja…”
Mereka berdua sama – sama terkejut
“Itu siapa Nja??” tanya pria sebelahnya
“Ah saya temannya” balas Mahesa
“Oh gitu, kenalkan saya suaminya Anja”
Mahesa hanya tertawa miris dalam hatinya, inikah orang yang sekarang menggantikan posisinya
“Eh sa kamu mau kemana lagi? Yuk kita ngopi bareng udah lama kita nggak ketemu” tawar Anja
“Ah lain kali aja Nja aku ada urusan soalnya, aku duluan ya..”
“Yaudah kalo gitu hati – hati ya”
Mahesa hanya membalas senyuman dan meninggalkan mereka, tiba – tiba langkahnya terhenti dan dia menoleh ke arah belakang dia melihat Anja tertawa gembira saat bersama suaminya ini
“Masih sama masih cantik dan sekarang kamu udah bahagia ya tanpa aku..” dengan tersenyum dan tanpa dia sadari matanya nampak basah apa ini air dari hujan atau air mata.
“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia (Bagai bumi dan bulan) Mengapa kau bertanya (Bila kau tahu) bila kau tahu jawabnya Buat apa, kita takkan bersama (Dan kita tak akan bersama) (Oh oh oh oh) Biar cerita dikenang indahnya Jangan paksakan cinta 'kan ada Haruskah kisah dinoda benci”