honeynight

Di malam hari yang dingin, Chaeyoung sedang berjalan menuju cafe yang dekat dengan appartementnya. Dia melihat – lihat apa sang pacar sudah datang atau belom tapi ternyata belom jadi dia memutuskan untuk memesan minuman terlebih dahulu. Setelah selesai memesan dia langsung mencari tempat duduk yang setidaknya nyaman untuk mereka berdua. Entah mengapa sudah lewat satu jam dia menunggu tapi sang pacar masih saja belom datang, dia tau kalau pacarnya ini orang yang super sibuk.

Jadi dia menunggu dengan sabar, tiba – tiba ada suara pintu café terbuka dan ya akhirnya pacarnya sudah datang

“Cha maaf ya lama nunggu..” kata Changbin

“Iya gapapa, kamu mau pesen apa?biar aku pesenin”

“Ice latte aja deh”

“Oke tunggu bentar ya..”

Changbin membalas dengan anggukan

Setelah memesan, Chaeyong kembali dengan membawa ice latte pesanan Changbin

“Makasih ya sayang”

“Iya sama – sama”

“Eh kamu tumben banget ngajak aku kesini? Emang project kamu udah selesai ya?” tanya Chaeyong

“Sebenernya sih belom selesai tapi aku lagi kangen aja sama kamu” balas Changbin dengan mengelus pipinya

“Ih gombal banget”

“Loh beneran aku kangen kamu pakek banget, jangan – jangan kamu nggak kangen aku ya..” kata Changbin dengan sedih

“Ya kangen lah!! Tapi kamu sibuk pakek banget jadi mau gimana sih..”

“Maaf ya kalo akhir – akhir ini aku sibuk banget”

Chaeyong langsung memegang kedua tangannya dan berkata “Gapapa aku tau kok”

Rasanya suasana di sekitar mereka menjadi sedikit aneh, apa ini hanya perasaan Chaeyong saja?

“By..”

“Iya kenapa??” balas Chaeyoung

“Aku mau bilang sesuatu..”

Sudah diduga tidak mungkin pacarnya ini tiba – tiba mengajaknya ke sini tanpa alasan tapi perasaannya menjadi lebih tidak enak semoga saja ini hanya perasaanya saja

“Ih tinggal bilang aja sih kamu tuh”

“Kamu mau nggak kalo semisal kita LDR an?”

Ternyata perasaan tidak enaknya ini menjadi kenyataan, hal yang paling ditakuti oleh Chaeyong. Sebenarnya dia tidak apa – apa dengan kesibukannya karna si pacar ini adalah seorang produser music terkenal dikotanya tapi, kalau masalah LDR rasanya dia tidak bisa melakukannya

“Emangnya kamu mau kemana kok tiba – tiba banget?” tanya Chaeyoung

“Aku sama yang lain mau ke amerika kita ada project baru disana”

“Sampe kapan disana?”

“Mungkin 2 bulanan disana”

Chaeyoung yang tadi terlihat senang akhirnya bisa melihat pacarnya lagi mendadak sedih karna harus ditinggal karna pekerjaannya lagi. Apakah dia boleh egois? Dia sebenarnya sudah capek ada dihubungan ini tapi bodohnya tidak mau melepaskan orang ini karna dia masih mencintainya.

“Gimana kamu mau nggak??”

“Iya aku mau kok” dengan senyumannya yang penuh dengan kesakitan

“Yaudah aku pergi dulu ya.. daritadi si Chan udah ngomel – ngomel aja di grup” Changbin berdiri dan mencium pucuk rambutnya

Chaeyong hanya bisa melihat punggung pacarnya yang lama – lama menghilang dari pandangannya. Dan juga sudah dia duga kalau pacarnya lupa hari ini adalah hari ulang tahunnya, dia kira bakalan ada hadiah atau surprise mungkin? Tapi malah dia mendapatkan surpise yang tidak menyenangkan.

Terkadang dia ingin mengakhiri hubungan ini hanya saja hatinya selalu menolak untuk mengatakan itu. Chaeyoung berdiri dan segera meninggalkan tempat ini, dia berjalan dan melihat di sekelilingnya orang – orang terlihat bahagia bersama sang kekasihnya tapi mengapa Chaeyoung berbeda? Apa dia boleh merasa iri dengan orang lain? Dia juga ingin sekali se umur hidup bisa merasakan bahagia dan seluruh dunia iri dengannya.

Dia berjalan kaki menuju appartementnya dengan lesu seperti orang yang tidak mempunyai nyawa. Setelah memasuki lift di menekan angka 8 dan pintu lift tersebut tertutup. Hari dia lahir ke dunia harusnya hari yang bahagia karna ini hanya terjadi satu tahun sekali tapi hari ini mengapa terasa lebih sendu saat sampai kamar appartnya dia hanya ingin merebahkan badannya dan meratapi nasib yang malang ini.

Setelah pintu lift terbuka dia berjalan menuju appartnya, saat menekan nomor angka ini serasa berat baginya benar – benar perasaanya sekarang campur aduk. Pintu kamar pun terbuka tapi mengapa suasana appartnya sangat gelap sepertinya dia tidak meninggalkan dengan begini.

Dia pun mencari saklar lampu dan menghidupkannya. Dia sangat terkejut kenapa dirumahnya banyak sekali balon – balon, apa dirumahnya ada pencuri? Tapi ngapain pencuri bermain balon dirumahnya. Chaeyoung berjalan menuju dapur dan mengambil sebuah Teflon mungkin saja ada pencuri dia akan langsung memukulnya.

Saat dia mengendap – endap ke arah ruang tamu Teflon yang tadi dia pegang pun terjatuh dan seorang pria didepannya langsung mengambilnya

“Ngapain kamu bawa Teflon segala? Mau mukul aku??” tanya Changbin dengan menunjukan senyuman hangat

“Selamat ulang tahun sayang” Changbin merentangkan ke dua tangannya

Chaeyoung yang melihat itu langsung berlari dan memeluk pacarnya ini

“Hiks.. kirain kamu lupa..”Chaeyoung mulai meneteskan air matanya

“Mana mungkin aku lupa sama ulang tahun pacarku yang lucu ini..” Changbin mengelus – elus rambutnya dan menjatuhkan seribu ciuman dia pucuk kepalanya ini

“Kamu jahat hiks…”

“Iya aku jahat, maafin aku ya”

Chaeyoung tidak menjawab tapi suara tangisannya semakin keras

“Eh kok makin keras udah cup cup jangan nangis dong.. nanti baju aku basah”

“Hiks.. biarin hiks kamu jahat masak mau ninggalin aku hiks”

“Aku nggak kemana – mana kok”

“Katanya kamu ke amerika? Hiks”

“AHAHAHA enggak yang aku cuman prank kamu”

“Beneran??” Chaeyoung menatap Changbin

“Iya sayang”

“HUAAAA MAMA ABIN JAHAT SAMA CHACAAA” Chaeyoung memukul dada bidang Changbin

“AW AW SAKIT YANGG”

“IH BIARIN KAMU JAHAT BANGET SAMA AKU HIKS”

“Iya iya maaf maaf nggak ngulangin lagi udah ih pukulnya sakit semua badanku”

Chaeyoung menyudahi sesi memukul Changbin dan memuluknya kembali

“Abin jahat banget”

“Iya aku jahat banget sama kamu maafin ya sayangku cintaku”

Chaeyoung yang sedari tadi bersembunyi di dada bidang sang pacar hanya membalas dengan anggukan.

“Kamu ngerencanain ini semua?”

“Enggak dibantu sama anak – anak”

“Lah yang lain kemana?”

“Masih otw ke sini”

“Aaa gitu..”

Changbin melepaskan pelukannya dan dia mulai berlutut di depan Chaeyoung, dia binggung pacarnya ini mau ngapain

Changbin mengeluarkan sesuatu di saku celananya ternyata itu adalah sebuah kotak dan dibuka, Chaeyoung dibikin terkejut lagi

“Cha aku tau aku gabisa romantis tapi kamu mau nggak nikah sama aku?”

Gila rasanya Chaeyoung mau melebur aja ini pacarnya pinter banget bikin perasaannya kayak roller coster awalnya turun sekarang naik.

Sangking tidak bisa berkata – kata lagi Chaeyoung hanya membalas anggukan, Changbin yang tau bila pacarnya ini mengiyakan ajakannya dia langsung berdiri dan memasangkan sebuah cincin ke tangan cantiknya

“Cocok banget sama kamu..”

“Makasih ya sayang udah mau nerima aku, aku nggak janji tapi aku berusaha buat bikin kamu bahagia sama aku”

Changbin langsung memeluknya “I love you beb more than u know”

“I know, I love you more..”

Jakarta,13 April 2013


Sore menuju malam, suasana di rumah Hyunjin kini serasa hampa dikarenakan barang – barang yang ada dirumah ini lama – lama menghilang. Sebenarnya berat sekali untuk meninggalkan tempat ini di karenakan banyak sekali kenangan yang manis di rumah ini. Saat sudah selesai membereskan koper yang berisi baju – bajunya, dia keluar dari kamarnya dan menuruni setiap anak tangga. Dia mulai berkeliling rumahnya yang sudah kosong ini, melihat ruangan yang kosong dan mulai melihat kenangan yang ada di benaknya sekarang.

Terkadang Hyunjin bersyukur karna ayahnya bisa sukses besar tapi dia juga tidak bersyukur karna sekarang ayahnya harus mengurus perusahaan yang ada di Bandung. Awalnya dia merengek untuk tidak pindah tapi sang ayah masih kekeh untuk satu keluarga harus pindah dan ikut dengannya. Dan tiba – tiba ada seorang wanita paruh baya yang menghampirinya

“Sayang.. ayo keluar kita udah ditungguin” kata sang bunda

“Bun... Hyun nggak mau pindah..” rengek Hyunjin

“Sayang dengerin bunda ya, kalo kamu sudah besar kamu boleh kok balik kesini lagi”

“Tapi kan masih lama”

“Enggak kok waktu itu cepet kamu bakalan nggak kerasa kayak sekarang kamu udah umur 13 tahun padahal kayak kemarin tuh bunda baru aja lahirin kamu” sambil mengelus pucuk rambut anak lakinya

Hyunjin tidak menjawab tapi mukanya masih murung

“HYUNJIN KELUAR ADA RYUJIN NIH” teriak Yeji kembarannya

Hyunjin mendengar ada sosok teman kecilnya ini langsung berlari dan menemuinya. Wajah Ryujin memerah karna habis menangis

“Ih liat ingusmu keluar tuh” kata Hyunjin sambil menunjuk hidung Ryujin

Ryujin yang tahu langsung menyeka ingusnya dengan tanganya “Hyun k-kok nggak bilang mau pindah..” kata Ryujin yang masih sesenggukan

“Tadi pas disekolah aku mau bilang tapi aku lupa hehe maaf ya” dengan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal

Ryujin langsung memeluk Hyunjin dengan erat “Hyun jahat.. jahat banget..”

Yang dipeluk agak terkejut tapi lama – lama dia mengelus rambut Ryujin

“Maaf ya..”

Ryujin hanya membalas dengan anggukan

“Hyun ayo kita udah mau berangkat” kata Yeji

Hyunjin melepaskan pelukannya

“Ryu masih suka kan sama aku??” tanya Hyunjin

“Masih..”

“Kalo gitu, Ryu janji sama aku kalo aku balik ke Jakarta kita harus pacaran ngerti?” kata Hyunjin

“Iyaaa Ryu janji tapi Hyun juga janji disana gaboleh pacaran ngerti?!” balas Ryujin

“Iyaa bawel”

“Janji kelingking dulu” Hyunjin menunjukan kelingkingnya

Ryujin membalasnya dengan kelingking “Janji”

“Oke kalo gitu aku berangkat dulu ya dadada!!” Hyunjin melambaikan tangannya

“Iya hati – hati inget janji kita!!” kata Ryujin dengan menunjukan kelingkingnya

“Iyaa!!” Hyunjin pun juga ikut menunjukan kelingkingnya

“Ryujin kita berangkat dulu yaa!!” kata Yeji

Ryujin membalas dengan anggukan dan melambaikan tangan. Saat mobil Hyunjin mulai berjalan meninggalakannya Ryujin mulai merasakan sakit di hatinya

“Ryu gaboleh nangis... kan Ryu anak paling kuat” batinnya

Dia mulai menatap mobil Hyunjin yang semakin lama hilang dari pandangannya

Jakarta,13 April 2013


Siang menjelang sore, suasana di rumah Hyunjin kini serasa hampa dikarenakan barang – barang yang ada dirumah ini lama – lama menghilang. Sebenarnya berat sekali untuk meninggalkan tempat ini di karenakan banyak sekali kenangan yang manis di rumah ini. Saat sudah selesai membereskan koper yang berisi baju – bajunya, dia keluar dari kamarnya dan menuruni setiap anak tangga. Dia mulai berkeliling rumahnya yang sudah kosong ini, melihat ruangan yang kosong dan mulai melihat kenangan yang ada di benaknya sekarang.

Terkadang Hyunjin bersyukur karna ayahnya bisa sukses besar tapi dia juga tidak bersyukur karna sekarang ayahnya harus mengurus perusahaan yang ada di Bandung. Awalnya dia merengek untuk tidak pindah tapi sang ayah masih kekeh untuk satu keluarga harus pindah dan ikut dengannya. Tiba – tiba ada seorang wanita paruh baya yang menghampirinya

“Sayang.. ayo keluar kita udah ditungguin” kata sang bunda

“Bun Hyun nggak mau pindah..” rengek Hyunjin

“Sayang dengerin bunda ya, kalo kamu sudah besar kamu boleh kok balik kesini lagi”

“Tapi kan masih lama”

“Enggak kok waktu itu cepet kamu bakalan nggak kerasa kayak sekarang kamu udah umur 13 tahun padahal kayak kemarin tuh bunda baru aja lahirin kamu” sambil mengelus pucuk rambut anak lakinya

Hyunjin tidak menjawab tapi mukanya masih murung

“HYUNJIN KELUAR ADA RYUJIN NIH” teriak Yeji kembarannya

Hyunjin mendengar ada sosok teman kecilnya ini langsung berlari dan menemuinya. Wajah Ryujin memerah karna habis menangis

“Ih liat ingusmu keluar tuh” kata Hyunjin sambil menunjuk hidung Ryujin

Ryujin yang tahu langsung menyeka ingusnya dengan tanganya “Hyun k-kok nggak bilang mau pindah..” kata Ryujin yang masih sesenggukan

“Tadi pas disekolah aku mau bilang tapi aku lupa hehe maaf ya” dengan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal

Ryujin langsung memeluk Hyunjin dengan erat “Hyun jahat.. jahat banget..”

Yang dipeluk agak terkejut tapi lama – lama dia mengelus rambut Ryujin

“Maaf ya..”

Ryujin hanya membalas dengan anggukan

“Hyun ayo kita udah mau berangkat” kata Yeji

Hyunjin melepaskan pelukannya

“Ryu masih suka kan sama aku??” tanya Hyunjin

“Masih..”

“Kalo gitu, Ryu janji sama aku kalo aku balik ke Jakarta kita harus pacaran ngerti?” kata Hyunjin

“Iyaaa Ryu janji tapi Hyun juga janji disana gaboleh pacaran ngerti?!” balas Ryujin

“Iyaa bawel”

“Janji kelingking dulu” Hyunjin menunjukan kelingkingnya

Ryujin membalasnya dengan kelingking “Janji”

“Oke kalo gitu aku berangkat dulu ya dadada!!” Hyunjin melambaikan tangannya

“Iya hati – hati inget janji” kata Ryujin dengan menunjukan kelingkingnya

“Iyaa!!” Hyunjin pun juga ikut menunjukan kelingkingnya

“Ryujin kita berangkat dulu yaa!!” kata Yeji

Ryujin membalas dengan anggukan dan melambaikan tangan. Saat mobil Hyunjin mulai berjalan meninggalakannya Ryujin mulai merasakan sakit di hatinya

“Ryu gaboleh nangis gabole kan Ryu gadis kuat” batinnya

Dia mulai menatap mobil Hyunjin yang semakin lama hilang dari pandangannya

Jakarta,13 April 2013

Siang menjelang sore, suasana di rumah Hyunjin kini serasa hampa dikarenakan barang – barang yang ada dirumah ini lama – lama menghilang. Sebenarnya berat sekali untuk meninggalkan tempat ini di karenakan banyak sekali kenangan yang manis di rumah ini. Saat sudah selesai membereskan koper yang berisi baju – bajunya, dia keluar dari kamarnya dan menuruni setiap anak tangga. Dia mulai berkeliling rumahnya yang sudah kosong ini, melihat ruangan yang kosong dan mulai melihat kenangan yang ada di benaknya sekarang.

Terkadang Hyunjin bersyukur karna ayahnya bisa sukses besar tapi dia juga tidak bersyukur karna sekarang ayahnya harus mengurus perusahaan yang ada di Bandung. Awalnya dia merengek untuk tidak pindah tapi sang ayah masih kekeh untuk satu keluarga harus pindah dan ikut dengannya. Tiba – tiba ada seorang wanita paruh baya yang menghampirinya

“Sayang.. ayo keluar kita udah ditungguin” kata sang bunda

“Bun Hyun nggak mau pindah..” rengek Hyunjin

“Sayang dengerin bunda ya, kalo kamu sudah besar kamu boleh kok balik kesini lagi”

“Tapi kan masih lama”

“Enggak kok waktu itu cepet kamu bakalan nggak kerasa kayak sekarang kamu udah umur 13 tahun padahal kayak kemarin tuh bunda baru aja lahirin kamu” sambil mengelus pucuk rambut anak lakinya

Hyunjin tidak menjawab tapi mukanya masih murung

“HYUNJIN KELUAR ADA RYUJIN NIH” teriak Yeji kembarannya

Hyunjin mendengar ada sosok teman kecilnya ini langsung berlari dan menemuinya. Wajah Ryujin memerah karna habis menangis

“Ih liat ingusmu keluar tuh” kata Hyunjin sambil menunjuk hidung Ryujin

Ryujin yang tahu langsung menyeka ingusnya dengan tanganya “Hyun k-kok nggak bilang mau pindah..” kata Ryujin yang masih sesenggukan

“Tadi pas disekolah aku mau bilang tapi aku lupa hehe maaf ya” dengan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal

Ryujin langsung memeluk Hyunjin dengan erat “Hyun jahat.. jahat banget..”

Yang dipeluk agak terkejut tapi lama – lama dia mengelus rambut Ryujin

“Maaf ya..”

Ryujin hanya membalas dengan anggukan

“Hyun ayo kita udah mau berangkat” kata Yeji

Hyunjin melepaskan pelukannya

“Ryu masih suka kan sama aku??” tanya Hyunjin

“Masih..”

“Kalo gitu, Ryu janji sama aku kalo aku balik ke Jakarta kita harus pacaran ngerti?” kata Hyunjin

“Iyaaa Ryu janji tapi Hyun juga janji disana gaboleh pacaran ngerti?!” balas Ryujin

“Iyaa bawel”

“Janji kelingking dulu” Hyunjin menunjukan kelingkingnya

Ryujin membalasnya dengan kelingking “Janji”

“Oke kalo gitu aku berangkat dulu ya dadada!!” Hyunjin melambaikan tangannya

“Iya hati – hati inget janji” kata Ryujin dengan menunjukan kelingkingnya

“Iyaa!!” Hyunjin pun juga ikut menunjukan kelingkingnya

“Ryujin kita berangkat dulu yaa!!” kata Yeji

Ryujin membalas dengan anggukan dan melambaikan tangan. Saat mobil Hyunjin mulai berjalan meninggalakannya Ryujin mulai merasakan sakit di hatinya

“Ryu gaboleh nangis gabole kan Ryu gadis kuat” batinnya

Dia mulai menatap mobil Hyunjin yang semakin lama hilang dari pandangannya

Jakarta,13 April 2013 >>

Siang menjelang sore, suasana di rumah Hyunjin kini serasa hampa dikarenakan barang – barang yang ada dirumah ini lama – lama menghilang. Sebenarnya berat sekali untuk meninggalkan tempat ini di karenakan banyak sekali kenangan yang manis di rumah ini. Saat sudah selesai membereskan koper yang berisi baju – bajunya, dia keluar dari kamarnya dan menuruni setiap anak tangga. Dia mulai berkeliling rumahnya yang sudah kosong ini, melihat ruangan yang kosong dan mulai melihat kenangan yang ada di benaknya sekarang.

Terkadang Hyunjin bersyukur karna ayahnya bisa sukses besar tapi dia juga tidak bersyukur karna sekarang ayahnya harus mengurus perusahaan yang ada di Bandung. Awalnya dia merengek untuk tidak pindah tapi sang ayah masih kekeh untuk satu keluarga harus pindah dan ikut dengannya. Tiba – tiba ada seorang wanita paruh baya yang menghampirinya

“Sayang.. ayo keluar kita udah ditungguin” kata sang bunda

“Bun Hyun nggak mau pindah..” rengek Hyunjin

“Sayang dengerin bunda ya, kalo kamu sudah besar kamu boleh kok balik kesini lagi”

“Tapi kan masih lama”

“Enggak kok waktu itu cepet kamu bakalan nggak kerasa kayak sekarang kamu udah umur 13 tahun padahal kayak kemarin tuh bunda baru aja lahirin kamu” sambil mengelus pucuk rambut anak lakinya

Hyunjin tidak menjawab tapi mukanya masih murung

“HYUNJIN KELUAR ADA RYUJIN NIH” teriak Yeji kembarannya

Hyunjin mendengar ada sosok teman kecilnya ini langsung berlari dan menemuinya. Wajah Ryujin memerah karna habis menangis

“Ih liat ingusmu keluar tuh” kata Hyunjin sambil menunjuk hidung Ryujin

Ryujin yang tahu langsung menyeka ingusnya dengan tanganya “Hyun k-kok nggak bilang mau pindah..” kata Ryujin yang masih sesenggukan

“Tadi pas disekolah aku mau bilang tapi aku lupa hehe maaf ya” dengan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal

Ryujin langsung memeluk Hyunjin dengan erat “Hyun jahat.. jahat banget..”

Yang dipeluk agak terkejut tapi lama – lama dia mengelus rambut Ryujin

“Maaf ya..”

Ryujin hanya membalas dengan anggukan

“Hyun ayo kita udah mau berangkat” kata Yeji

Hyunjin melepaskan pelukannya

“Ryu masih suka kan sama aku??” tanya Hyunjin

“Masih..”

“Kalo gitu, Ryu janji sama aku kalo aku balik ke Jakarta kita harus pacaran ngerti?” kata Hyunjin

“Iyaaa Ryu janji tapi Hyun juga janji disana gaboleh pacaran ngerti?!” balas Ryujin

“Iyaa bawel”

“Janji kelingking dulu” Hyunjin menunjukan kelingkingnya

Ryujin membalasnya dengan kelingking “Janji”

“Oke kalo gitu aku berangkat dulu ya dadada!!” Hyunjin melambaikan tangannya

“Iya hati – hati inget janji” kata Ryujin dengan menunjukan kelingkingnya

“Iyaa!!” Hyunjin pun juga ikut menunjukan kelingkingnya

“Ryujin kita berangkat dulu yaa!!” kata Yeji

Ryujin membalas dengan anggukan dan melambaikan tangan. Saat mobil Hyunjin mulai berjalan meninggalakannya Ryujin mulai merasakan sakit di hatinya

“Ryu gaboleh nangis gabole kan Ryu gadis kuat” batinnya

Dia mulai menatap mobil Hyunjin yang semakin lama hilang dari pandangannya

Siang menjelang sore suasana hari ini sedikit berangin dan juga langit yang tadi berwarna biru lama – kelamaan menjadi abu – abu. Sedari tadi ada seorang wanita yang melihat ke arah jendela, apakah hari ini akan turun hujan? Dia sedikit khawatir dikarenakan dia lupa membawa payung entah sekarang dimana payungnya itu, sungguh bodoh bukan dirinya. Saat bel berbunyi dia langsung membereskan barangnya dan berlari sangat kencang, supaya dia tidak kehujanan saat di jalan menuju halte bus. Tapi tuhan berkehendak lain saat ingin keluar dari gedung sekolah hujan turun sangat deras jadi dia terpaksa menunggu.

“Argh! Napa sih udah turun hujan aja..” kata Yeji dengan menghentakan kakinya sebal

Satu persatu teman sekolahnya keluar dari gedung sekolah dan meninggalakan Yeji yang sendirian. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam mungkin saja dikelasnya ada payung temannya atau siapapun itu. Saat berjalan menuju kelasnya dia mendengarkan suara isakan tangis entah siapa itu, sekujuk tubuhnya merinding

“Anjir itu sapa yang nangis bukannya sekolah udah kosong ya…” Yeji langsung lari dan segera menuju kelasnya

Setelah sampai di kelas, dia mencari payung di loker sapu dkk dan untung saja dewi fortuna bersamanya. Ada satu payung transparan entah itu punya siapa, Yeji langsung mengambilnya dan keluar dari kelasnya. Saat dia melawati lorong tadi sudah tidak ada suara itu lagi meski begitu dia masih merinding.

Ketika sampai di luar gedung dia membuka payungnya dan berjalan melewati turun hujan ini. Dan jangan lupa dia juga bermain air hujan dengan kakinya dan membuat sepatu hitamnya ini basah, namanya juga anak muda kan. Saat sampai di halte bus dia duduk dan melihat disebelahnya ada seorang laki – laki, sepertinya dia kenal tapi entah karna wajahnya tidak terlihat.

Beberapa menit kemudian bus pun datang, Yeji segera menutup payungnya dan berjalan menuju bus ini. Suasana bus sangat ramai apa mungkin ini efek dari turunnya hujan sampai – sampai bus ini sangat penuh. Tapi untung saja ada satu bangku kosong, dia berjalan dan duduk di dekat jendela. Tiba – tiba ada seorang laki – laki yang tadi langsung duduk disebelahnya Laki – laki ini membuka tudung jaketnya

“Loh Seungmin?” kata Yeji dengan terkejut, bagaimana tidak terkejut? Seorang yang duduk disebelahnya ini adalah crush nya. Setelah sekian lama akhirnya bisa satu bus sama crush

Yang punya nama langsung menoleh “Oh hai Ji..”

“GILA GUE DISAPA BALIK DONG!!!” batin Yeji

Suasana pun mulai canggung, Yeji ingin sangat berbincang dengannya tapi rasanya mulutnya tidak mau terbuka dan juga Seungmin yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya

Entah mengapa rasanya Yeji sedikit panas padahal didalam bus ini sudah dingin, akhirnya dia membuka jendelanya tapi udaranya malah makin dingin. Dia berusaha menutup jendelanya tapi malah macet gamau jalan, Seungmin yang daritadi melihat kelakuannya membantu menutupnya. Bisa dibilang jarak mereka terlalu dekat sampai – sampai membuat wajah Yeji memerah

“MIN LO JANGAN DEKET- DEKET GITU NAPA BISA MLEYOT GUE NANTI” batin Yeji

Setelah berhasil menutup tiba – tiba bus berhenti mendadak otomatis mereka pun terjengkal dan tangan Seungmin menopang kepala Yeji supaya tidak terbentur oleh bangku depannya

“HUAA MAMA TOLONG YEJIII” lagi – lagi Yeji teriak dalam hati

“M-makasih y-yaa min..”

“Iya sama – sama”

Saat mereka ingin membenarkan posisinya malah orang – orang dari luar masuk dan jadi berdesak – desak didalam bus, dan terpaksa mereka duduk berdekatan. Suasana bus mendadak sangat ramai tapi tidak bagi mereka berdua malah menjadi sangat canggung.

“Mmm Min rumah di daerah sini ya? Kok aku baru liat kamu naik bus ini?” tanya Yeji dengan gugup

“Iya Ji aku barusan pindah rumah”

“Oh gitu..” sambil mengangguk

“Kayaknya kita satu komplek deh” kata Seungmin

“Hm?” Yeji menoleh ke arahnya

“Iya padahal kemarin aku kerumahmu lo, kamu gatau?” tanya Seungmin

“Ha? Masak sih aku gatau hehe maaf..” Yeji menggaruk tengkuk kepalanya

“Iya gapapa Ji”

Suasana pun kembali canggung kembali

Seungmin pun mengeluarkan kabel earphonenya dari kantong seragam dan memasangnya dikedua telinganya

“Mau dengerin juga??” mengambil earphone sebelah kanannya

“Mmm boleh..” Yeji mengambilnya dan memasang di telinganya

Mereka berdua pun menikmati lagu bersama, meskipun suasana ramai bagi mereka rasanya seperti di lading rumput yang sangat luas tenang dan damai. Setelah lagu pertama habis lagu berikutnya berputar

“Paris in the rain??” tanya Yeji

“Iyaa, kamu nggak suka?” balas Seungmin

“Suka kok!” sambil menunjukan eye smile

“Kamu lucu juga ya..” kata Seungmin

“HA?!” kata Yeji membuat seluruh penumpang bus menoleh ke arahnya

Yeji yang menyadarinya keadaan sekarang langsung membungkuk badannya dan menutupi mukanya dengan kedua tangannya rasanya dia ingin menghilang dari dunia kalo bisa mau pindah planet aja, dia benar – benar merutuki kebodohannya.

“Ji kamu ngapain?” tanya Seungmin dengan polosnya

“A-aa ini ngambil pulpenku jatuh”

Seungmin hanya membalas dengan anggukan dan mulai menatap layar handphone nya

“AAAAA GILA GUE GILA SUMPAH tadi si Seungmin bilang gue lucu kan??? Nggak salah denger kan gue???? apa gue salah denger yaa.. kek nya telinga gue harus diperiksa dehh” batin Yeji

Yeji berusaha menetralkan jantungnya yang sedari tadi berdetak kencang akhirnya dia menatap ke arah jendela dan bersenandung kecil, tanpa dia sadari Seungmin pun melihat kelakuan Yeji. Entah mengapa melihat kelakuan wanita ini membuat sudut bibirnya terangkat.

Bus pun berhenti di halte tujuan mereka, Yeji mulai berdiri dan disusul Seungmin. Saat Yeji mengeluarkan dompetnya dia lupa lagi tidak membawa kartu bus nya sempat dimarahi oleh sopir karna terlalu lama, dan akhirnya Seungmin berinisiatif untuk membayari Yeji.

Saat mereka keluar dari bus hujan pun redah, ketika mereka berjalan Yeji sedikit menundukan kepalanya karna malu atas kejadian tadi di bus

“ARGHH!!! Napa nasib gue jelek banget sih tadi kan gue jadi malu banget kalo deket – deket sama Seungmin” batin Yeji dengan menunduk

“Ji…”

Seungmin menoleh ke arah Yeji dan mendapat si wanita ini sedari tadi menundukan kepalanya sambil melamun entah apa yang dipikirkan sekarang “Yeji..” Seungmin memegang tangannya

Yeji terkejut dan langsung menoleh ke arah Seungmin “ A-aa kenapa min??”

“Kamu gapapa? Kok daritadi ngelamun terus?” tanya Seungmin

“Malu..”

“Malu kenapa?”

“Yang tadi” balas Yeji

“Ngapain malu wajar kok kalo kamu lupa bawa kartunya tapi lain kali jangan lupa bawa kartu takutnya gaada sapa – sapa buat bayarin kamu”

“I-ya min..”

Mereka pun masih berjalan karna jarak halte dengan rumah mereka lumayan jauh dan juga ditemani oleh udara dingin. Seungmin tau kalau Yeji kedinginan apa lagi dia memakai rok pendek, akhirnya dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Yeji. Yeji terkejut atas perilaku Seungmin ini

“Di pakek ya aku tahu kamu kedinginan” dengan tersenyum

Rasanya jantung Yeji mau copot aja daritadi dibuat salting mulu sama Seungmin dan jangan lupa wajahnya mulai memerah

“Makasih ya min” kata Yeji dengan suara kecil

Akhirnya mereka pun sampai didepan rumah Yeji dan juga melepaskan jaketnya

“Bawa aja dulu gapapa kok” kata Seungmin

“Beneran?” tanya Yeji

“Iya.. yaudah aku pulang dulu ya” dengan menepuk pelan ujung kepala Yeji

Yang ditepuk pun melotot matanya karna terkejut atas kelakuan Seungmin. Saat seungmin sudah menghilang dari pandangannya Yeji berlari masuk kerumahnya

“MAAA ANAKMU PENGEN NIKAHH!!!” teriak Yeji

Siang menjelang sore suasana hari ini sedikit berangin dan juga langit yang tadi berwarna biru lama – kelamaan menjadi abu – abu. Sedari tadi ada seorang wanita yang melihat ke arah jendela, apakah hari ini akan turun hujan? Dia sedikit khawatir dikarenakan dia lupa membawa payung entah sekarang dimana payungnya itu, sungguh bodoh bukan dirinya. Saat bel berbunyi dia langsung membereskan barangnya dan berlari sangat kencang, supaya dia tidak kehujanan saat di jalan menuju halte bus. Tapi tuhan berkehendak lain saat ingin keluar dari gedung sekolah hujan turun sangat deras jadi dia terpaksa menunggu.

“Argh! Napa sih udah turun hujan aja..” kata Yeji dengan menghentakan kakinya sebal

Satu persatu teman sekolahnya keluar dari gedung sekolah dan meninggalakan Yeji yang sendirian. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam mungkin saja dikelasnya ada payung temannya atau siapapun itu. Saat berjalan menuju kelasnya dia mendengarkan suara isakan tangis entah siapa itu, sekujuk tubuhnya merinding

“Anjir itu sapa yang nangis bukannya sekolah udah kosong ya…” Yeji langsung lari dan segera menuju kelasnya

Setelah sampai di kelas, dia mencari payung di loker sapu dkk dan untung saja dewi fortuna bersamanya. Ada satu payung transparan entah itu punya siapa, Yeji langsung mengambilnya dan keluar dari kelasnya. Saat dia melawati lorong tadi sudah tidak ada suara itu lagi meski begitu dia masih merinding.

Ketika sampai di luar gedung dia membuka payungnya dan berjalan melewati turun hujan ini. Dan jangan lupa dia juga bermain air hujan dengan kakinya dan membuat sepatu hitamnya ini basah, namanya juga anak muda kan. Saat sampai di halte bus dia duduk dan melihat disebelahnya ada seorang laki – laki, sepertinya dia kenal tapi entah karna wajahnya tidak terlihat.

Beberapa menit kemudian bus pun datang, Yeji segera menutup payungnya dan berjalan menuju bus ini. Suasana bus sangat ramai apa mungkin ini efek dari turunnya hujan sampai – sampai bus ini sangat penuh. Tapi untung saja ada satu bangku kosong, dia berjalan dan duduk di dekat jendela. Tiba – tiba ada seorang laki – laki yang tadi langsung duduk disebelahnya Laki – laki ini membuka tudung jaketnya

“Loh Seungmin?” kata Yeji dengan terkejut, bagaimana tidak terkejut? Seorang yang duduk disebelahnya ini adalah crush nya. Setelah sekian lama akhirnya bisa satu bus sama crush

Yang punya nama langsung menoleh “Oh hai Ji..”

“GILA GUE DISAPA BALIK DONG!!!” batin Yeji

Suasana pun mulai canggung, Yeji ingin sangat berbincang dengannya tapi rasanya mulutnya tidak mau terbuka dan juga Seungmin yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya

Entah mengapa rasanya Yeji sedikit panas padahal didalam bus ini sudah dingin, akhirnya dia membuka jendelanya tapi udaranya malah makin dingin. Dia berusaha menutup jendelanya tapi malah macet gamau jalan, Seungmin yang daritadi melihat kelakuannya membantu menutupnya. Bisa dibilang jarak mereka terlalu dekat sampai – sampai membuat wajah Yeji memerah

“MIN LO JANGAN DEKET- DEKET GITU NAPA BISA MLEYOT GUE NANTI” batin Yeji

Setelah berhasil menutup tiba – tiba bus berhenti mendadak otomatis mereka pun terjengkal dan tangan Seungmin menopang kepala Yeji supaya tidak terbentur oleh bangku depannya

“HUAA MAMA TOLONG YEJIII” lagi – lagi Yeji teriak dalam hati

“M-makasih y-yaa min..”

“Iya sama – sama”

Saat mereka ingin membenarkan posisinya malah orang – orang dari luar masuk dan jadi berdesak – desak didalam bus, dan terpaksa mereka duduk berdekatan. Suasana bus mendadak sangat ramai tapi tidak bagi mereka berdua malah menjadi sangat canggung.

“Mmm Min rumah di daerah sini ya? Kok aku baru liat kamu naik bus ini?” tanya Yeji dengan gugup

“Iya Ji aku barusan pindah rumah”

“Oh gitu..” sambil mengangguk

“Kayaknya kita satu komplek deh” kata Seungmin

“Hm?” Yeji menoleh ke arahnya

“Iya padahal kemarin aku kerumahmu lo, kamu gatau?” tanya Seungmin

“Ha? Masak sih aku gatau hehe maaf..” Yeji menggaruk tengkuk kepalanya

“Iya gapapa Ji”

Suasana pun kembali canggung kembali

Seungmin pun mengeluarkan kabel earphonenya dari kantong seragam dan memasangnya dikedua telinganya

“Mau dengerin juga??” mengambil earphone sebelah kanannya

“Mmm boleh..” Yeji mengambilnya dan memasang di telinganya

Mereka berdua pun menikmati lagu bersama, meskipun suasana ramai bagi mereka rasanya seperti di lading rumput yang sangat luas tenang dan damai. Setelah lagu pertama habis lagu berikutnya berputar

“Paris in the rain??” tanya Yeji

“Iyaa, kamu nggak suka?” balas Seungmin

“Suka kok!” sambil menunjukan eye smile

“Kamu lucu juga ya..” kata Seungmin

“HA?!” kata Yeji membuat seluruh penumpang bus menoleh ke arahnya

Yeji yang menyadarinya keadaan sekarang langsung membungkuk badannya dan menutupi mukanya dengan kedua tangannya rasanya dia ingin menghilang dari dunia kalo bisa mau pindah planet aja, dia benar – benar merutuki kebodohannya.

“Ji kamu ngapain?” tanya Seungmin dengan polosnya

  • “A-aa ini ngambil pulpenku jatuh”*

Seungmin hanya membalas dengan anggukan dan mulai menatap layar handphone nya

“AAAAA GILA GUE GILA SUMPAH tadi si Seungmin bilang gue lucu kan??? Nggak salah denger kan gue???? apa gue salah denger yaa.. kek nya telinga gue harus diperiksa dehh” batin Yeji

Yeji berusaha menetralkan jantungnya yang sedari tadi berdetak kencang akhirnya dia menatap ke arah jendela dan bersenandung kecil, tanpa dia sadari Seungmin pun melihat kelakuan Yeji. Entah mengapa melihat kelakuan wanita ini membuat sudut bibirnya terangkat.

Bus pun berhenti di halte tujuan mereka, Yeji mulai berdiri dan disusul Seungmin. Saat Yeji mengeluarkan dompetnya dia lupa lagi tidak membawa kartu bus nya sempat dimarahi oleh sopir karna terlalu lama, dan akhirnya Seungmin berinisiatif untuk membayari Yeji.

Saat mereka keluar dari bus hujan pun redah, ketika mereka berjalan Yeji sedikit menundukan kepalanya karna malu atas kejadian tadi di bus

“ARGHH!!! Napa nasib gue jelek banget sih tadi kan gue jadi malu banget kalo deket – deket sama Seungmin” batin Yeji dengan menunduk

“Ji…”

Seungmin menoleh ke arah Yeji dan mendapat si wanita ini sedari tadi menundukan kepalanya sambil melamun entah apa yang dipikirkan sekarang “Yeji..” Seungmin memegang tangannya

Yeji terkejut dan langsung menoleh ke arah Seungmin “ A-aa kenapa min??”

“Kamu gapapa? Kok daritadi ngelamun terus?” tanya Seungmin

“Malu..”

“Malu kenapa?”

“Yang tadi” balas Yeji

“Ngapain malu wajar kok kalo kamu lupa bawa kartunya tapi lain kali jangan lupa bawa kartu takutnya gaada sapa – sapa buat bayarin kamu”

“I-ya min..”

Mereka pun masih berjalan karna jarak halte dengan rumah mereka lumayan jauh dan juga ditemani oleh udara dingin. Seungmin tau kalau Yeji kedinginan apa lagi dia memakai rok pendek, akhirnya dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Yeji. Yeji terkejut atas perilaku Seungmin ini

“Di pakek ya aku tahu kamu kedinginan” dengan tersenyum

Rasanya jantung Yeji mau copot aja daritadi dibuat salting mulu sama Seungmin dan jangan lupa wajahnya mulai memerah

“Makasih ya min” kata Yeji dengan suara kecil

Akhirnya mereka pun sampai didepan rumah Yeji dan juga melepaskan jaketnya

“Bawa aja dulu gapapa kok” kata Seungmin

“Beneran?” tanya Yeji

“Iya.. yaudah aku pulang dulu ya” dengan menepuk pelan ujung kepala Yeji

Yang ditepuk pun melotot matanya karna terkejut atas kelakuan Seungmin. Saat seungmin sudah menghilang dari pandangannya Yeji berlari masuk kerumahnya

“MAAA ANAKMU PENGEN NIKAHH!!!” teriak Yeji

Siang menjelang sore suasana hari ini sedikit berangin dan juga langit yang tadi berwarna biru lama – kelamaan menjadi abu – abu. Sedari tadi ada seorang wanita yang melihat ke arah jendela, apakah hari ini akan turun hujan? Dia sedikit khawatir dikarenakan dia lupa membawa payung entah sekarang dimana payungnya itu, sungguh bodoh bukan dirinya. Saat bel berbunyi dia langsung membereskan barangnya dan berlari sangat kencang, supaya dia tidak kehujanan saat di jalan menuju halte bus. Tapi tuhan berkehendak lain saat ingin keluar dari gedung sekolah hujan turun sangat deras jadi dia terpaksa menunggu.

“Argh! Napa sih udah turun hujan aja..” kata Yeji dengan menghentakan kakinya sebal

Satu persatu teman sekolahnya keluar dari gedung sekolah dan meninggalakan Yeji yang sendirian. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam mungkin saja dikelasnya ada payung temannya atau siapapun itu. Saat berjalan menuju kelasnya dia mendengarkan suara isakan tangis entah siapa itu, sekujuk tubuhnya merinding

“Anjir itu sapa yang nangis bukannya sekolah udah kosong ya…” Yeji langsung lari dan segera menuju kelasnya

Setelah sampai di kelas, dia mencari payung di loker sapu dkk dan untung saja dewi fortuna bersamanya. Ada satu payung transparan entah itu punya siapa, Yeji langsung mengambilnya dan keluar dari kelasnya. Saat dia melawati lorong tadi sudah tidak ada suara itu lagi meski begitu dia masih merinding.

Ketika sampai di luar gedung dia membuka payungnya dan berjalan melewati turun hujan ini. Dan jangan lupa dia juga bermain air hujan dengan kakinya dan membuat sepatu hitamnya ini basah, namanya juga anak muda kan. Saat sampai di halte bus dia duduk dan melihat disebelahnya ada seorang laki – laki, sepertinya dia kenal tapi entah karna wajahnya tidak terlihat.

Beberapa menit kemudian bus pun datang, Yeji segera menutup payungnya dan berjalan menuju bus ini. Suasana bus sangat ramai apa mungkin ini efek dari turunnya hujan sampai – sampai bus ini sangat penuh. Tapi untung saja ada satu bangku kosong, dia berjalan dan duduk di dekat jendela. Tiba – tiba ada seorang laki – laki yang tadi langsung duduk disebelahnya Laki – laki ini membuka tudung jaketnya

“Loh Seungmin?” kata Yeji dengan terkejut, bagaimana tidak terkejut? Seorang yang duduk disebelahnya ini adalah crush nya. Setelah sekian lama akhirnya bisa satu bus sama crush

Yang punya nama langsung menoleh “Oh hai Ji..”

“GILA GUE DISAPA BALIK DONG!!!” batin Yeji

Suasana pun mulai canggung, Yeji ingin sangat berbincang dengannya tapi rasanya mulutnya tidak mau terbuka dan juga Seungmin yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya

Entah mengapa rasanya Yeji sedikit panas padahal didalam bus ini sudah dingin, akhirnya dia membuka jendelanya tapi udaranya malah makin dingin. Dia berusaha menutup jendelanya tapi malah macet gamau jalan, Seungmin yang daritadi melihat kelakuannya membantu menutupnya. Bisa dibilang jarak mereka terlalu dekat sampai – sampai membuat wajah Yeji memerah

“MIN LO JANGAN DEKET- DEKET GITU NAPA BISA MLEYOT GUE NANTI” batin Yeji

Setelah berhasil menutup tiba – tiba bus berhenti mendadak otomatis mereka pun terjengkal dan tangan Seungmin menopang kepala Yeji supaya tidak terbentur oleh bangku depannya

“HUAA MAMA TOLONG YEJIII” lagi – lagi Yeji teriak dalam hati

“M-makasih y-yaa min..”

“Iya sama – sama”

Saat mereka ingin membenarkan posisinya malah orang – orang dari luar masuk dan jadi berdesak – desak didalam bus, dan terpaksa mereka duduk berdekatan. Suasana bus mendadak sangat ramai tapi tidak bagi mereka berdua malah menjadi sangat canggung.

“Mmm Min rumah di daerah sini ya? Kok aku baru liat kamu naik bus ini?” tanya Yeji dengan gugup

“Iya Ji aku barusan pindah rumah”

“Oh gitu..” sambil mengangguk

“Kayaknya kita satu komplek deh” kata Seungmin

“Hm?” Yeji menoleh ke arahnya

“Iya padahal kemarin aku kerumahmu lo, kamu gatau?” tanya Seungmin

“Ha? Masak sih aku gatau hehe maaf..” Yeji menggaruk tengkuk kepalanya

“Iya gapapa Ji”

Suasana pun kembali canggung kembali

Seungmin pun mengeluarkan kabel earphonenya dari kantong seragam dan memasangnya dikedua telinganya

“Mau dengerin juga??” mengambil earphone sebelah kanannya

“Mmm boleh..” Yeji mengambilnya dan memasang di telinganya

Mereka berdua pun menikmati lagu bersama, meskipun suasana ramai bagi mereka rasanya seperti di lading rumput yang sangat luas tenang dan damai. Setelah lagu pertama habis lagu berikutnya berputar

“Paris in the rain??” tanya Yeji

“Iyaa, kamu nggak suka?” balas Seungmin

“Suka kok!” sambil tersenyum

Yeji pun menatap ke arah jendela dan bersenandung kecil, tanpa dia sadari Seungmin pun melihat kelakuan Yeji. Entah mengapa melihat kelakuan wanita ini membuat sudut bibirnya terangkat.

Bus pun berhenti di halte tujuan mereka, Yeji mulai berdiri dan disusul Seungmin. Saat Yeji mengeluarkan dompetnya dia lupa lagi tidak membawa kartu bus nya sempat dimarahi oleh sopir karna terlalu lama, dan akhirnya Seungmin berinisiatif untuk membayari Yeji.

Saat mereka keluar dari bus hujan pun redah, ketika mereka berjalan Yeji sedikit menundukan kepalanya karna malu atas kejadian tadi di bus

“Ji kenapa sih daritadi kok nunduk mulu?” tanya Seungmin

“Malu..”

“Malu kenapa?”

“Yang tadi” balas Yeji

“Ngapain malu wajar kok kalo kamu lupa bawa kartunya tapi lain kali jangan lupa bawa kartu takutnya gaada sapa – sapa buat bayarin kamu”

“I-ya min..”

Mereka pun masih berjalan karna jarak halte dengan rumah mereka lumayan jauh dan juga ditemani oleh udara dingin. Seungmin tau kalau Yeji kedinginan apa lagi dia memakai rok pendek, akhirnya dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Yeji. Yeji terkejut atas perilaku Seungmin ini

“Di pakek ya aku tahu kamu kedinginan” dengan tersenyum Rasanya jantung Yeji mau copot aja daritadi dibuat salting mulu sama Seungmin dan jangan lupa wajahnya mulai memerah

“Makasih ya min” kata Yeji dengan suara kecil

Akhirnya mereka pun sampai didepan rumah Yeji dan juga melepaskan jaketnya

“Bawa aja dulu gapapa kok” kata Seungmin

“Beneran?” tanya Yeji

“Iya.. yaudah aku pulang dulu ya” dengan menepuk pelan ujung kepala Yeji

Yang ditepuk pun melotot matanya karna terkejut atas kelakuan Seungmin. Saat seungmin sudah menghilang dari pandangannya Yeji berlari masuk kerumahnya

“MAAA ANAKMU PENGEN NIKAHH!!!” teriak Yeji

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off

Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir green tea panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput green tea tersebut bagi dia green tea panas dan melihat turunnya hujan adalah kombinasi terbaik.

Mahesa meneguk habis minumannya dan sekarang adalah waktu untuk pulang. Saat dia keluar ternyata masih turun hujan jadi membuka payungnya dan pergi dari café tersebut. Ketika dia berjalan, dia tidak sengaja bertemu dengan seseorang

“Mahesa..”

“Anja…”

Mereka berdua sama – sama terkejut

“Itu siapa Nja??” tanya pria sebelahnya

“Ah saya temannya” balas Mahesa

“Oh gitu, kenalkan saya suaminya Anja”

Mahesa hanya tertawa miris dalam hatinya, inikah orang yang sekarang menggantikan posisinya

“Eh sa kamu mau kemana lagi? Yuk kita ngopi bareng udah lama kita nggak ketemu” tawar Anja

“Ah lain kali aja Nja aku ada urusan soalnya, aku duluan ya..”

“Yaudah kalo gitu hati – hati ya”

Mahesa hanya membalas senyuman dan meninggalkan mereka, tiba – tiba langkahnya terhenti dan dia menoleh ke arah belakang dia melihat Anja tertawa gembira saat bersama suaminya ini

“Masih sama masih cantik dan sekarang kamu udah bahagia ya tanpa aku..” dengan tersenyum dan tanpa dia sadari matanya nampak basah apa ini air dari hujan atau air mata.

“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia (Bagai bumi dan bulan) Mengapa kau bertanya (Bila kau tahu) bila kau tahu jawabnya Buat apa, kita takkan bersama (Dan kita tak akan bersama) (Oh oh oh oh) Biar cerita dikenang indahnya Jangan paksakan cinta 'kan ada Haruskah kisah dinoda benci”

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off

Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir green tea panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput green tea tersebut bagi dia green tea panas dan melihat turunnya hujan adalah kombinasi terbaik.

Mahesa meneguk habis minumannya dan sekarang adalah waktu untuk pulang. Saat dia keluar ternyata masih turun hujan jadi membuka payungnya dan pergi dari café tersebut. Ketika dia berjalan, dia tidak sengaja bertemu dengan seseorang

“Mahesa..”

“Anja…”

Mereka berdua sama – sama terkejut

“Itu siapa Nja??” tanya pria sebelahnya

“Ah saya temannya” balas Mahesa

“Oh gitu, kenalkan saya suaminya Anja”

Mahesa hanya tertawa miris dalam hatinya, inikah orang yang sekarang menggantikan posisinya

“Eh sa kamu mau kemana lagi? Yuk kita ngopi bareng udah lama kita nggak ketemu” tawar Anja

“Ah lain kali aja Nja aku ada urusan soalnya, aku duluan ya..”

“Yaudah kalo gitu hati – hati ya”

Mahesa hanya membalas senyuman dan meninggalkan mereka, tiba – tiba langkahnya terhenti dan dia menoleh ke arah belakang dia melihat Anja tertawa gembira saat bersama suaminya ini

“Masih sama masih cantik dan sekarang kamu udah bahagia ya tanpa aku..” dengan tersenyum dan tanpa dia sadari matanya nampak basah apa ini air dari hujan atau air mata.

“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia (Bagai bumi dan bulan) Mengapa kau bertanya (Bila kau tahu) bila kau tahu jawabnya Buat apa, kita takkan bersama (Dan kita tak akan bersama) (Oh oh oh oh) Biar cerita dikenang indahnya Jangan paksakan cinta 'kan ada Haruskah kisah dinoda benci”