honeynight

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

*“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off

Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir green tea panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput green tea tersebut bagi dia green tea panas dan melihat turunnya hujan adalah kombinasi terbaik.

Mahesa meneguk habis minumannya dan sekarang adalah waktu untuk pulang. Saat dia keluar ternyata masih turun hujan jadi membuka payungnya dan pergi dari café tersebut. Ketika dia berjalan, dia tidak sengaja bertemu dengan seseorang

“Mahesa..”

“Anja…”

Mereka berdua sama – sama terkejut

“Itu siapa Nja??” tanya pria sebelahnya

“Ah saya temannya” balas Mahesa

“Oh gitu, kenalkan saya suaminya Anja”

Mahesa hanya tertawa miris dalam hatinya, inikah orang yang sekarang menggantikan posisinya

“Eh sa kamu mau kemana lagi? Yuk kita ngopi bareng udah lama kita nggak ketemu” tawar Anja

“Ah lain kali aja Nja aku ada urusan soalnya, aku duluan ya..”

“Yaudah kalo gitu hati – hati ya”

Mahesa hanya membalas senyuman dan meninggalkan mereka, tiba – tiba langkahnya terhenti dan dia menoleh ke arah belakang dia melihat Anja tertawa gembira saat bersama suaminya ini

“Masih sama masih cantik dan sekarang kamu udah bahagia ya tanpa aku..” dengan tersenyum dan tanpa dia sadari matanya nampak basah apa ini air dari hujan atau air mata.

“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia (Bagai bumi dan bulan) Mengapa kau bertanya (Bila kau tahu) bila kau tahu jawabnya Buat apa, kita takkan bersama (Dan kita tak akan bersama) (Oh oh oh oh) Biar cerita dikenang indahnya Jangan paksakan cinta 'kan ada Haruskah kisah dinoda benci”

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

*“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir kopi panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput kopi panas tersebut dan dia juga tidak sengaja melihat sepasang pasangan sedang berjalan sangat mesra

“Aku tahu kamu pasti bisa bahagia tanpa aku Nja..” dengan tersenyum pahit

“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia (Bagai bumi dan bulan) Mengapa kau bertanya (Bila kau tahu) bila kau tahu jawabnya Buat apa, kita takkan bersama (Dan kita tak akan bersama) (Oh oh oh oh) Biar cerita dikenang indahnya Jangan paksakan cinta 'kan ada Haruskah kisah dinoda benci”

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

*“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir kopi panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput kopi panas tersebut dan dia juga tidak sengaja melihat sepasang pasangan sedang berjalan sangat mesra

“Aku tahu kamu pasti bisa bahagia tanpa aku Nja..” dengan tersenyum pahit

“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia”

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

*“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir kopi panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput kopi panas tersebut dan dia juga tidak sengaja melihat sepasang pasangan sedang berjalan sangat mesra

“Aku tahu kamu pasti bisa bahagia tanpa aku Nja..” dengan tersenyum pahit

“Kita bagai bumi dan bulan Berpasangan walau tak sejalan Mungkin kita harus belajar pada mereka 'Tuk tetap bahagia”

bumi dan bulan

Di malam hari yang dingin membuat seorang pria berumur 28 tahun bosan. Entah kenapa rasanya binggung mau melakukan apa jadi dia hanya tidur – tiduran di kasur kesayangannya. Setelah berpikir panjang dia memaksakan keluar dari appartemennya meskipun sekarang kota Bandung sedang turun hujan, sekarang Mahesa sedang memakai jaket hitamnya dan jangan lupa untuk membawa payung karna dia malas untuk menyetir. Saat keluar dia membuka payung hitamnya dan berjalan tanpa arah seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Mungkin sekarang dia seperti orang hilang tapi bagi dia, dia hanya refreshing di bawah turunnya hujan. Selama satu tahun terakhir Mahesa sangat tidak baik – baik saja.

Bagaimana tidak baik – baik saja, bayangkan saja dalam waktu yang berdekatan Mahesa kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. Pertama dia kehilangan sosok ibu sosok pahlawannya dikarenakan penyakit berbahaya yang ternyata disembunyikan selama bertahun – tahun. Ketika Mahesa mengetahuinya dia seperti tidak berguna sebagai anak, dia memohon kepada tuhan supaya nyawanya saja yang diambil tapi tuhan berkehendak lain malah ibunya yang tidak bisa diselamatkan.

Kedua dia kehilangan orang yang dia anggap rumah, sosok ibu kedua baginya dia adalah Anja. Bagi Mahesa Anja adalah segalanya, dunianya bahkan semestanya. Tapi mengapa takdir Mahesa sungguh pahit? Apakah di kehidupan sebelumnya dia pernah membuat kesalahan yang sangat fatal? Rasanya itu sudah jatuh tertimpa tangga pula benar – benar sakit,perih,marah campur aduk sudah perasaannya.


Flasback..

Bandung,12 desember 2019

Disinilah Mahesa berdiri, rumah mewah nan megah ini. Anja memaksa Mahesa untuk masuk kedalam rumahnya dan mempertemukan Mahesa dengan ayahnya. Tatapan itu… Mahesa tau itu adalah tatapan tidak suka, awalnya memang ayahnya sudah tidak suka dengan hubungan mereka malah sekarang Mahesa ingin melamar anak semata wayangnya.

“Apa yang membuat kamu kesini?” tanya Ayah Anja

“Saya disini ingin melamar anak anda” balas Mahesa

“Ha? Kamu yakin?”

“Yakin om”

“Kamu punya apa? Berani sekali ingin melamar anak saya”

Pertanyaan itu membuat Mahesa dia seribu bahasa, selama beberapa menit tidak ada jawaban ayah Anja bangkit dari tempat duduk dan saat ingin meninggalkan ruang tamu tiba – tiba Mahesa membuka mulutnya

“Saya punya cinta om”

Ayah Anja langsung menoleh kebalakang dan menatap Mahesa

“Apakah cintamu itu mampu mencukupi kehidupan putriku? Tidak bisa kan?”

Mahesa kembali terdiam dan pria tua itu meninggalkannya sendiri di ruang tamu. Kadang dia menyesali kenapa dia harus menaruh hati dengan seorang yang berbeda? Tapi sifat egoisnyalah yang merubah dirinya seperti ini. Anja mengetahui Mahesa tengah terdiam dia langsung mengahampirinya.

“Sayang gimana?” tanya Anja

“Masih sama kaya kemarin” balas Mahesa lesu

“Nggak papa kita bisa kok, suatu saat nanti ayah bakalan setuju sama hubungan kita”

“Gimana kalo sekarang kita ke pasar malam? Biar pikiran kamu jernih lagi”

Mahesa membalas dengan anggukan, mereka bangkit dari sofa dan berjalan keluar rumah ini. Sesampai di pasar malam Mahesa melihat Anja sangat senang saat datang kesini. Anja langsung menarik Mahesa ke tempat permainan

“Ayo kamu sekarang main ini” Anja memberikan sebuah batu kecil kepadanya

*“Nja aku nggak bisa main ini..” balasnya

“Bisa kok tinggal kamu fokus ke kaleng itu terus lempar deh pakek ini”

“Yaudah deh aku coba ya..”

Anja membalas anggukan, dan permainan dimulai Mahesa mulai fokus dengan satu kaleng berwarna merah dia langsung melempar batu kecil kearah kaleng itu dan ya kaleng itu jatuh. Mahesa akhirnya mulai percaya diri dan mencari target selanjutnya. Lama – lama batu kecil itu sudah hilang dan tersisa satu buah dan bila dia bisa menjatuhkan satu kaleng lagi dia akan mendapatkan sebuah boneka besar. Dia mulai memfokuskan targetnya dan melemparnya dan ya kaleng itu jatuh

“AAAA!!.. aku tahu kamu pasti bisa” Anja langsung memeluk pacarnya ini dengan erat Mahesa membalas pelukannya itu Seorang pemilik permain itu memberikan mereka sebuah boneka yang sangat besar, dan Mahesa mempersembahkan boneka itu kepada pacarnya yang cantik ini

“Sekarang mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Mmm… apa ya?? AH AKU TAHU, gimana kalo beli gula kapas aku lagi pengen banget”

“Gaboleh nanti kamu batuk gimana?”

“Ayolah.. sekali aja ya..” Anja mengeluarkan jurus pupy eyesnya

Pupy eyes Anja salah satu kelemahan Mahesa

“Huh… iya deh tapi jangan banyak – banyak ya??”

Anja mengangguk antusias dan berlari kecil ke arah tukang gula kapas. Saat Anja mengantri, Mahesa memutuskan untuk duduk dikursi panjang dekat orang jualan. Selama menunggu dia berpikir apakah ini cara yang tepat untuk meneruskan hubungan ini? Sebenarnya Mahesa tidak ingin kehilangan orang yang dicintai lagi setelah kepergian ibunya ini. Tapi mau bagaimana lagi kan Mahesa harus memendam perasaannya ini. Malam ini adalah malam terakhir bagi mereka.

“Kamu mau nggak?” tanya Anja

“Enggak deh kamu yang makan aja” balas Mahesa

Anja hanya membalas anggukan. Sedari tadi Anja memakan gula kapas Mahesa hanya menatap pacarnya ini dengan tulus, perasaannya sekarang campur aduk

“Ih kamu daritadi ngapain liatin aku?” tanya Anja

“Gapapa kamu cantik aja..”

“Gombal banget kamu”

Setelah itu Mahesa memalingkan wajahnya dan menunduk, dia harus mengakhiri ini semua dia juga tidak mau larut dalam hubungan ini.

“Nja..”

“Kenapa??” Anja menoleh ke arahnya

“Ayo putus”

Sangking terkejutnya Anja sampai sisa gula kapasnya terjatuh

“Kamu bilang apa?” dia menoleh ke arah Mahesa

“Ayo kita putus”

“Hey kamu kenapa ha?”

“Mending kita putus aja Nja, percuma kita udah berusaha buat ngeyakinin ayahmu tapi hasilnya selalu sama..”

“… kita itu kayak bumi dan bulan berpasangan tapi tak sejalan, daripada kita saling menyakiti satu sama lain mending udahan aja”

Anja masih diam dan menatap pria disebalahnya ini

“Aku tahu aku pengecut..”

“Cukup Sa cukup kamu kenapa sih mikir gini??” tanya Anja

“Ayahmu bilang ke aku kalo kamu bakal dijodohin sama kenalan ayahmu…”

“…itu yang bikin aku mundur Nja”

“Aku bakalan nolak perjodohan ini aku nggak bisa Sa…nggak bisa tanpa kamu hiks...” Anja langsung memeluk Mahesa

“Kamu bisa Nja kamu bisa” Mahesa membalas pelukannya

“Aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Suara tangisan Anja mengeras dan pelukannya mengerat, Mahesa tidak bisa melihat ini coba saja Mahesa terlahir dari orang kaya pasti hubungan mereka sudah direstui.

“Udah ya jangan nangis lagi… kamu tambah jelek nanti”

Anja melepaskan pelukannya dan juga mengusap air matanya

“Kamu nggak mau gitu bawa aku kabur hm?” tanya Anja

“Hahaha kamu jangan ngaco deh Nja, turutin kata ayah ya sapa tau pilihannya terbaik buat kamu”

“Enggak kamu yang terbaik buat aku” kekeh Anja

Mahesa menakup kedua pipi Anja “Hei udah aku tahu kamu bisa bahagia tanpa aku”

Anja memegang kedua tangan Mahesa “Hmm.. tapi kamu janji kamu juga harus bahagia ngerti?”

“Iya aku janji..”

Flashback off Setelah ber jam – jam berjalan dia menemukan sebuah kafe, dia menutup payungnya dan masuk ke dalam sana. Selesai memesan secangkir kopi panas dia memutuskan untuk duduk di dekat kaca yang tembus pandang ini. Saat pesanan tiba Mahesa langsung menyeruput kopi panas tersebut dan dia juga tidak sengaja melihat sepasang pasangan sedang berjalan sangat mesra

“Aku tahu kamu pasti bisa bahagia tanpa aku Nja..” dengan tersenyum pahit

formulir

Arah jarum jam menunjuk ke angka 7 dan seperti yang dilihat Anja dan Haris belom sampai ke sekolah. Lia sempat khawatir apa temannya ini terlambat atau gimana. Saat gerbang akan ditutup ada suara sepeda motor dan ya itu mereka, pak satpam hampir saja memarahi mereka tapi tidak sempat. Haris langsung memarkirkan sepeda nya Anja turun dengan cepat dan langsung berlari ke arah kelas dia sampai lupa tidak melepaskan helm nya. Sampai didepan kelas ternyata guru belom masuk ke kelasnya, Anja membungkuk sambil memegang lututnya dan mengatur pernafasannya. Tiba – tiba ada orang yang mengetuk pelan helmnya, Anja segera mendongak dan liat siapa dia. Ya itu Mahesa

“Lupa lepas helm??” tanya Mahesa

Dengan sigap dia melepaskan helmnya

“Hehe iya..” Anja menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal dan juga rambut yang berantakan

Mahesa membalas dengan senyuman dan juga dia langsung meninggalkan Anja sendirian di depan kelasnya. Anja berjalan masuk ke kelasnya dengan keadaan rambut yang masih berantakan.

“Nja lo kemana aja??” tanya Lia

“Gue hampir aja telat Li untung aja pager sekolah belom ditutup”

“Rambut lo sampek kayak gitu ya..”

“Ha? maksud lo?”

Lia memberikan cermin kepada Anja

“Anjir!!” Anja langsung menyisir rambutnya yang berantakan

Lia hanya terkekeh melihat temannya ini

“Argh! berati tadi Esa liat gue gini dong..” dengan wajah melasnya

“Lo ketemu Esa??”

“Iya tadi didepan kelas pas keadaan gue masih pakek helm”

“Gue malu njir gimana ini”

“Yang sabar ya” Lia mengelus tangannya

“Selamat pagi semuanya..” seorang guru masuk kedalam kelas

Anja yang daritadi berdiri langsung duduk ditempat duduknya


Bel istirihat berdering, Anja dan Lia keluar dari kelas dan menuju ke kelas Resa dan Luna dan juga mereka menjemput Nina untuk mengambil formulir di ruang osis. Mereka ber lima berjalan dan melihat gerombolan Haris dkk

“Loh lo mau daftar juga?” tanya Anja

“Yayalah terus ngapain gue kesini” balas Haris

Anja juga melihat ada sosok Mahesa sedang mengambil kertas formulir

“Oh dia ikut yes gue bakalan semangat sih” batin Anja

“Yok Nja ngambil” kata Lia

Anja dan teman – teman langsung masuk ke dalam dan mengambil formulirnya. Dan saat mereka keluar gerombolan Haris masih ada di depan

“Nja lo mau masuk sie mana??” kata Lia

“Gue sih mau sie acara, kalo lo?”

“Sie ticketing maybe? entah gue binggung”

“Kalo kalian apa??” tanya Anja

“Gue ambil sie dekor aja” balas Luna

“Gue pengen jadi ketapel sumpah” balas Resa

“Kalo aku sih pengen masuk si keamanan” balas Nina

“Yakin nin??” tanya Luna

Nina hanya membalas anggukan

“Yauda yuk ke kantin keburu masuk ntar”

Mereka langsung meninggalkan koridor dan menuju ke kantin, dan tidak disadari ada seorang laki yang mendengarkan percakapan mereka

“Hmm ikut dia aja deh..”

sesuatu di jogja

Jam menunjukan pukul dua, suasana di Jogja sekarang sangat terik. Anja berpikir untuk membeli segelas kopi dan dessert di daerah penginapannya ini, mungkin akan cocok bila dia meminum es Americano dan kue coklat dengan melihat pemandangan Jogja yang cerah dan terik ini. Setelah berganti baju dia mengambil tas dan pergi, awalnya ingin naik ojek tapi setelah berpikir dua kali dia memutuskan untuk jalan meskipun udaranya sangat panas. Jarak penginapannya dengan café tidak begitu jauh, jarak tempuh hanya sekitar sepuluh menit. Dan akhirnya sampai di sebuah café dia mendorong pintu suara lonceng berbunyi itu tandanya ada pelanggan yang masuk. Di dalam sini sangat sejuk Anja berpikir lagi mending di sini daripada dibawa pulang, dan dia berjalan ke arah kasir untuk memesan

“Selamat datang, mau pesan apa?” tanya mbak kasir

“Saya mau pesan es Americanonya satu terus sama coklat cake”

“Atas nama Mahesa tiba – tiba seorang barista memanggil nama yang tidak asing ditelinga Anja

“Ha? Mahesa, ah paling namanya doang yang sama” batin Anja

“Total semua limapuluh ribu mbak”

Anja membuka dompet,mengambil selembar uang limapuluh ribu dan memberikan ke mbak kasirnya “Ini ya mbak..”

Si mbak kasir menerima uangnya “Uangnya pas ya.. silahkan ditunggu”

Saat Anja berbalik badan dia menemukan seseorang laki – laki yang tidak asing. Yap benar! Dia adalah Mahesa mantan saat masa sma nya, bisa dibilang Mahesa ini pacar pertama dan mantan pertama Anja. Sungguh Anja sangat merindukan sosok didepannya ini, bagaimana tidak mereka memutuskan untuk berpisah karena mereka tidak sanggup untuk LDR.

Saat mereka lulus sma Mahesa bilang kepada Anja bahwa dia akan kuliah di luar kota, awalnya Anja menerima keputusannya tapi lama – kelamaan dia berpikir apakah hubungannya akan baik – baik saja? Anja terlalu memikirkan hal yang tidak – tidak, seperti mereka yang akan jarang memberikan kabar atau sibuk urusan masing – masing. Saat dia mengantarkan Mahesa ke bandara, Anja memberanikan diri untuk mengajaknya putus.

Awalnya Mahesa terkejut dengan perkataan Anja tapi setelah Anja memberikan penjelasan akhirnya dia terpaksa menerima keputusannya. Di hati Anja juga tidak begitu ikhlas melepaskankan Mahesa tapi Anja sekarang dikuasahi oleh sifat egoisnya.

“Loh Mahesa” dia tidak sengaja melontarkan kata itu Mahesa pun mendongak dan melihat wanita yang dia rindukan setiap hari

“Anja??”

“Hehe iya”

Mahesa segera mengambil pesanannya dan menghampiri Anja

“Lo ngapain disini?”

“Ah gue disini liburan kalo lo?”

“Sama gue juga”

“Disini sendirian?” tanya Mahesa

“Hm iya”

“Mau duduk bareng nggak??”

“Mmm.. boleh..” balas Anja

“Oke gue tunggu disana ya” dia menunjuk mejanya yang didekat jendela

Saat Mahesa kembali ke tempat duduknya sedangkan Anja sedang menunggu pesanannya

“Arghh!! Nasib gue sial banget kenapa harus ketemu Esa” batin Anja dengan memukul pelan jidatnya

“Atas nama Anja” merasa namanya dipanggil Anja langsung mengambil pesanannya dan dia berjalan menuju meja Mahesa. Dia sangat gugup sudah lama dia tidak bertemunya mungkin sekitar empat tahun. Saat Anja duduk suasananya masih canggung, Mahesa yang sibuk dengan handphone dan Anja yang sibuk mengaduk – aduk minumannya Setelah beberapa menit suasana canggung pun pecah saat Mahesa mengeluarkan suara

“Gimana kabar lo sekarang??” tanya Mahesa

“Baik kok lo gimana?” balas Anja

“Sama..”

Suasana canggung pun dimulai lagi, sebenarnya mereka berdua ini saling merindu tapi sifat egois mereka sangat mendominasi.

“Mmm udah berapa hari disini?” tanya Anja

“Baru aja dateng gue”

“Oh gitu..”

“Sekarang lo mau kemana lagi?” tanya Mahesa

“Gatau gue binggung hehe” dengan menggaruk tengkuk kepala yang tidak gatal

“Mau ikut gue nggak?”

“Ha?kemana Sa?”

“Gue lagi pengen liat sunset mumpung hari ini cerah banget”

“Gimana mau nggak?” tawar Mahesa lagi

“Mmm.. boleh deh, terus kita naik apa?”

“Ah gue bawa mobil kok”

“Oh gitu..”

“Mau sekarang nggak? Takut macet”

“Ayo deh”

Mereka bangkit dari tempat duduk dan berjalan bersama menuju tempat parkir. Saat sampai Mahesa membukakan pintu mobil untuk Anja, setelah itu dia berlari kecil dan masuk ke dalam mobilnya. Di dalam perjalanan mereka masih saja merasa canggung

“Ini jadi awkward banget si argh!!” batin Anja

“Gue binggung mau nyari topic apa??” batin Mahesa

“Esa..”

Mahesa langsung menoleh ke arah Anja

“Iya kenapa Nja??”

“Mmm.. gue boleh dengerin lagu nggak??”

“Boleh kok nja mau pakek playlist gue apa lo?”

“Pakek punya gue aja Sa”

“Oh oke”

Anja mengeluarkan handphonenya dan menyalakan Bluetooth, dia memilih lagu yang akan diputarnya dan dia memilih lagu I’ll Remember Day6 bagi Anja lagu ini cocok dengan keadaannya sekarang Saat mendengarkan lantunan lagunya Mahesa sedikit terkejut, ternyata wanita disebelahnya ini masih menyukai lagu yang sama dengannya

“Ternyata lo masih suka ya sama day6”

“Iyadongg gue mah my day sejati”

“Kalo lo gimana??” tanya Anja

“Ya masih lah hidup gue nggak bisa tanpa mereka”

“Alay lo”

Mereka pun tertawa Setelah beberapa jam kemudia mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Untung saja saat mereka sampai matahari belom terbenam. Mereka keluar dan berjalan bersama menuju pantai dan duduk di tengah – tengah pasir yang sangat luas.

“Mmm Nja lo mau minum apa? Biar gue beliin”

“Apa ya terserah lo deh Sa”

“Yauda tunggu bentar”

Anja hanya membalas anggukan Beberapa menit kemudia Mahesa kembali dengan membawa dua botol coca cola

“Nih Nja”

“Makasih Sa”

Mahesa langsung duduk disebelahnya. Suasana sudah mulai gelap ini pertanda bahwa matahari akan terbenam dan sekarang saatnya

“Indah banget ya” kata Anja

“Iya..”

“..kayak lo nja” batin Mahesa Udara malam semakin dingin Mahesa melepaskan jaketnya dan memakaikannya kepadanya, Anja sangat terkeju karna ini sangat tiba – tiba baginya

“Makasih Sa..”

“Iya sama – sama”

“Gue denger – denger Haris sama Resa minggu depan mau tunangan?” tanya Mahesa

“Iya kok lo tau??”

“Iya dong apa yang gue nggak tau”

“Lo masih sama aja Sa masih nyebelin”

“Kalo ganteng gimana? Masih sama kan?” tanya Mahesa

“Enggak lo makin jelek” ejek Anja

“Lo nyebelin ya..” Mahesa mengacak – acak rambutnya

“Ih lo sukanya gitu” Anja membenarkan rambutnya

“Kalo lo gimana udah punya pacar?” tanya Mahesa

Anja yang tadi membenarkan rambutnya menjadi dia karna terkejut dengan pertanyaanya “Mm.. belom kok”

“Oh jadi gue masih punya kesempatan lagi” kata Mahesa dengan nada kecil

“Lo tadi bilang apa sa??”

“Ah enggak kok Nja”

“Bulannya bagus banget ya” kata Anja

“Iya Nja..”

Mereka masih melihat indahnya bulan, tanpa sadar tangan Anja merasa hangat dia pun menunduk dan melihat tangannya digenggam oleh Mahesa

“Mmm.. Sa..”

“Biar gini dulu aja Nja”

Anja langsung memalingkan wajahnya supaya Mahesa tidak melihat wajah merahnya

“Nja..”

“I-iya Sa?”

“Kalo semisal kita balik kayak dulu gimana??”

Sangking terkejutnya Anja tidak menjawab pertanyaan Mahesa “Mungkin gue ngomong mendadak banget tapi gue masih sayang sama lo Nja, selama gue di London gue enggak berhenti – berhentinya mikirin lo..”

“…waktu lo bilang mau putus, gue bener – bener kaget Nja kayak kita nggak pernah ada masalah tapi lo minta putus”

“Sakit Nja gue bener sakit”

“…maaf Sa…”

“Gapapa Nja gapapa ini juga salah gue karna minta ldr an”

“Mmm… jadi gimana Nja lo mau kan..?”

Anja langsung membalas genggaman tangannya

“Gue juga Sa, gue juga masih sayang sama lo…”

Mahesa langsung menoleh dan melihat Anja yang merentangkan tangannya, Mahesa dengan sigap memeluk wanita di hadapannya ini

“I love you Nja”

“I love you too Sa”

takut.

Lucy mencoba membuka kain yang menutupi lukisan ini perlahan dia buka. Dia melihat sosok adik dan kakak apa mungkin ini Sky dengan kakaknya. Tapi dia tidak pernah melihat kakaknya mungkin sudah tidak satu rumah, saat dia ingin membuka lagi ada suara pintu terbuka dia menoleh dan sosok pria melihat ke arahnya dengan tatapan marah.

“Ngapain kamu kesini” tanya Sky

Lucy hanya terdiam dan tidak berani melihat ke arah Sky

Sky mulai mendekat ke arah Lucy, dia tanpak gugup karna Sky semakin mendekatinya. Lucy berjalan mundur dan mundur dan dia terkejut saat tubuhnya menatap dinding. Sky sekarang mengurung Lucy dengan kedua tangannya.

“Aku tanya sekali lagi ngapain kamu disini?”

Sky masih belom mendapatkan jawabannya. Amarahnya mulai meluap

“Aku tanya ngapain kesini ha?!” Sky membentak Lucy

Lucy cukup terkejut dia mulai mengeluarkan air mata

“maaf...hiks”

“Aku tidak butuh kata maaf aku hanya bertanya ngapain kamu kesini?!!” tangan Sky meremat dagu wanita ini dan mengangkatnya supaya Sky bisa melihat wajahnya ini

“Aku hanya bosan...dan ingin jalan – jalan hiks”

“Tapi kenapa kamu berani sekali masuk keruangan ini ha?! tidak ada yang berani kesini sedangkan kamu dengan enaknya masuk!!”

“Aku juga tidak tahu apakah di pintu itu ada tanda larangan ha?!” Lucy menaikan suaranya

Sky dengan tidak sengaja menampar keras pipi Lucy

Plak

Lucy terkejut dan memegang pipinya yang panas. Sky langsung meninggalkan Lucy sendiri di ruangan ini.

Hiks..sakit hiks...” Lucy terjatuh lemas

Tiba – tiba ada seorang pembantu yang masuk dan lari menuju Lucy.

“Nona tidak apa – apa???”

Lucy hanya menangis dan tidak menjawab pertanyaan orang ini. Dengan sigap pembantu ini membantu Lucy untuk berdiri dan menuntunnya ke arah kamarnya. Setelah sampai di kamarnya pembantu ini membantu untuk mendudukinya dipinggiran tempat tidur miliknya

“Nona tidak apa – apa?”

“Sakit..”

“Biarkan saya obatkan” wanita tua ini mengambil kotak p3k di laci meja dekat tempat tidurnya. Setelah mengobati luka tamparan wanita tua ini ingin pergi tapi ditahan oleh Lucy

“Nama ibu siapa ya??” tanya Lucy

“Oh nama saya bik sumi nona”

Lucy hanya membalas anggukan

“Maaf ya non tuan memang suka kasar sama orang..”

“Kenapa bik sumi yang harus minta maaf, memang ini salahku karna masuk ruangan itu”

“Tapi kalau boleh tau itu ruangan apa ya bik??”

“Aduh non saya enggak berani menjawab biarkan tuan saja yang menjelaskannya”

“Mm gitu ya bik yaudah makasih ya bik sumi” balas Lucy dengan tersenyum

“Iya sama – sama non” Bik Sumi bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya. Lucy berjalan menuju meja riasnya dan melihat wajahnya

“Aw..sakit” dia menyentuh lukanya

“Haha kasihan banget gue..” dia mulai bangkit dan berjalan ke balkon. Dan melihat sosok laki – laki masuk dalam mobil apakah itu Sky? tapi mau kemana dia ah sudahlah mengapa Lucy harus peduli dengannya.

lelah

Sekarang jam menunjukan pukul 2 pagi tapi Lucy masih dalam keadaan yang buruk. Berusaha kabur tapi selalu saja gagal, dan sekarang para pengawalnya pun menjaga sekitar kamarnya 24 per jam. Dia lelah ingin menangis namun tidak bisa. Seorang pria berjalan dari kamarnya menuju kamar Lucy dia juga membawa segelas teh panas untuknya. Ketika dia membuka pintunya suasana kamarnya gelap dan ada juga ada suara isakan Lucy. Sky pun menyalakan lampu dan berjalan menuju Lucy, dia langsung duduk di pinggiran tempat tidurnya

“Ini minum dulu teh nya”

Lucy hanya menggelengkan kepala

“Diminum dikit aja ya..” bujuk Sky

“Aku udah bilang enggak ya enggak”

Sky malah menarik paksa tangan Lucy supaya dia menerima secangkir teh nya ini. Lucy terkejut dan langsung melempar cangkirnya

prang

“GUE KAN UDAH BILANG ENGGAK YA ENGGAK”

Sky yang masih terkejut dan menatap pecahan cangkirnya

“Gue cuman pingin pulang..”

“… gue bakalan ngasih uang sebesar apapun yang lo ingin, tapi tolong lepasin gue hiks..”

Tiba – tiba Lucy pingsan dan Sky dibikin terkejut lagi

“LUCY BANGUN HEY BANGUN” dia menepuk pelan pipinya

“PENGAWAL!!!”

Seorang pengawal pun masuk “Iya kenapa tuan??”

“Tolong panggilkan dokter cepat!!!”

“Baik tuan” pengawal itu langsung keluar dari kamar

Sky yang masih panik dengan keadaan Lucy sekarang dia langsung memeluk tubuh wanita ini. Dan beberapa menit kemudia seorang dokter telah tiba di rumah Sky. Dia yang menyadari kehadiran seorang dokter langsung melepaskan pelukannya

“Dokter tolong selamatkan dia..” baru pertama kali ini seorang Sky memohon kepada seseorang

Sang dokter langsung memeriksa keadaan Lucy, untung saja tidak kenapa – kenapa dia hanya kelelahan mungkin saja efek terlalu banyak mengeluarkan air mata.

“Dok bagaimana keadaannya?” tanya Sky

“Tidak apa – apa dia hanya kelelahan”

Sky merasa bersyukur dan tanpa dia sadari hatinya meresa lega. Setelah memberikan obat dan vitamin dokter pun pamit undur diri. Sedari tadi Sky menatap lembut Lucy dan memegang tangannya

“Sungguh cantik..” tangannya mulai mengusap pelan pipi Lucy

“.. tapi mengapa dunia sangat kejam padamu?”

Sky bangkit dari tempat tidurnya dan meninggalkan kamar Lucy


Sinar matahari mulai memasuki celah jendela kamar pria ini. Sky mencoba membuka matanya dan melihat jam di handphonenya, jam menunjukan 8.15. Dia terbangun dan mencoba untuk mengumpulkan nyawanya, selanjutnya dia berjalan menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian Sky keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah. Membuka lemarinya dan melihat baju yang akan dipakai setelah lama memilih langsung dia mengambil setelan jas berwarna hitam. Keluar dari kamarnya dia berjalan menuju kamar Lucy.

Saat membuka kamarnya, dia masih melihat Lucy belom sadarkan diri. Sky berjalan menuju tempat tidur dan duduk dipinggiran kasur. Tangan Sky mulai mengusap lembut dahinya. Lucy pun tersadar dan membuka matanya meskipun sedikit berat.

“Pagi sayang…” kata Sky

Lucy mendengarkan suara itu dia berusaha untuk melihat dengan jelas wajahnya.

“Aku kemarin kenapa?” tanyanya

“Oh kamu hanya kelelahan”

Lucy hanya terdiam

“Ayo sarapan..”

Lucy berusahan bangun tapi tidak bisa. dengan sigap Sky membantunya dan mendudukannya.

“Kalau enggak kuat, aku akan mengantar makanannya keseini”

Sky bangkit dan keluar dari kamarnya, Lucy memegang kepalanya yang masih pusing. Sungguh sakit kepalanya. Beberapa menit kemudia Sky membawa nampan yang berisi bubur dan air hangan untuk Lucy.

” Ini dimakan, tenang aja ini enggak ada racunnya”

Dengan cepat Lucy mengambil sendok dan memekan buburnya. Sky yang sedari tadi menatap wanita didepannya ini tidak sadar kalau sudut bibirnya naik. Setelah selesai makan Sky memberikan obat dari dokter, Lucy menerimanya dan meminum obat itu.

Sky bangkit dan merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah handphone terbaru dan memberikannya kepada Lucy

“Ini hp buat kamu”

Lucy sedikit ragu dengan tingkah lakunya tapi dia menerima hp yang diberikan

“Aku memberikan hp ini supaya aku bisa gampang menghubungimu”

“Dan jangan sekali – sekali kamu menghubungin orang lain untuk membantumu kabur dari sini”

Lucy hanya bisa terdiam rasanya bibirnya tidak bisa mengeluarkan kata – kata

“Kalau sampai kamu kabur dari sini kamu ingatkan konsekuensinya?” tangan dinginnya mulai membelai halus pipi Lucy

Lucy hanya membalas anggukan

“Bagus kalau gitu aku akan pergi ke kantor, oh iya lagi aku sudah menyiapkan bajumu untuk satu minggu ke depan dan ada dilemari” Sky menunjuk lemari berwarna putih

“Yaudah kalo gitu aku berangkat dulu ya sayang..” Sky mulai mendekatkan wajahnya dan mencium dahi perempuan ini. Sekujur tubuh Lucy sangat kaku sampai dia tidak bisa menolak ciuman dari Sky.

lelah

Sekarang jam menunjukan pukul 2 pagi tapi Lucy masih dalam keadaan yang buruk. Berusaha kabur tapi selalu saja gagal, dan sekarang para pengawalnya pun menjaga sekitar kamarnya 24 per jam. Dia lelah ingin menangis namun tidak bisa. Seorang pria berjalan dari kamarnya menuju kamar Lucy dia juga membawa segelas teh panas untuknya. Ketika dia membuka pintunya suasana kamarnya gelap dan ada juga ada suara isakan Lucy. Sky pun menyalakan lampu dan berjalan menuju Lucy, dia langsung duduk di pinggiran tempat tidurnya

“Ini minum dulu teh nya”

Lucy hanya menggelengkan kepala

“Diminum dikit aja ya..” bujuk Sky

“Aku udah bilang enggak ya enggak”

Sky malah menarik paksa tangan Lucy supaya dia menerima secangkir teh nya ini. Lucy terkejut dan langsung melempar cangkirnya

prang

“GUE KAN UDAH BILANG ENGGAK YA ENGGAK”

Sky yang masih terkejut dan menatap pecahan cangkirnya

“Gue cuman pingin pulang..”

“… gue bakalan ngasih uang sebesar apapun yang lo ingin, tapi tolong lepasin gue hiks..”

Tiba – tiba Lucy pingsan dan Sky dibikin terkejut lagi

“LUCY BANGUN HEY BANGUN” dia menepuk pelan pipinya

“PENGAWAL!!!”

Seorang pengawal pun masuk “Iya kenapa tuan??”

“Tolong panggilkan dokter cepat!!!”

“Baik tuan” pengawal itu langsung keluar dari kamar

Sky yang masih panik dengan keadaan Lucy sekarang dia langsung memeluk tubuh wanita ini. Dan beberapa menit kemudia seorang dokter telah tiba di rumah Sky. Dia yang menyadari kehadiran seorang dokter langsung melepaskan pelukannya

“Dokter tolong selamatkan dia..” baru pertama kali ini seorang Sky memohon kepada seseorang

Sang dokter langsung memeriksa keadaan Lucy, untung saja tidak kenapa – kenapa dia hanya kelelahan mungkin saja efek terlalu banyak mengeluarkan air mata.

“Dok bagaimana keadaannya?” tanya Sky

“Tidak apa – apa dia hanya kelelahan”

Sky merasa bersyukur dan tanpa dia sadari hatinya meresa lega. Setelah memberikan obat dan vitamin dokter pun pamit undur diri. Sedari tadi Sky menatap lembut Lucy dan memegang tangannya

“Sungguh cantik..” tangannya mulai mengusap pelan pipi Lucy

“.. tapi mengapa dunia sangat kejam padamu?”

Sky bangkit dari tempat tidurnya dan meninggalkan kamar Lucy


Sinar matahari mulai memasuki celah jendela kamar pria ini. Sky mencoba membuka matanya dan melihat jam di handphonenya, jam menunjukan 8.15. Dia terbangun dan mencoba untuk mengumpulkan nyawanya, selanjutnya dia berjalan menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian Sky keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah. Membuka lemarinya dan melihat baju yang akan dipakai setelah lama memilih langsung dia mengambil setelan jas berwarna hitam. Keluar dari kamarnya dia berjalan menuju kamar Lucy.

Saat membuka kamarnya, dia masih melihat Lucy belom sadarkan diri. Sky berjalan menuju tempat tidur dan duduk dipinggiran kasur. Tangan Sky mulai mengusap lembut dahinya. Lucy pun tersadar dan membuka matanya meskipun sedikit berat.

“Pagi sayang…” kata Sky

Lucy mendengarkan suara itu dia berusaha untuk melihat dengan jelas wajahnya.

“Aku kemarin kenapa?” tanyanya

“Oh kamu hanya kelelahan”

Lucy hanya terdiam

“Ayo sarapan..”

Lucy berusahan bangun tapi tidak bisa. dengan sigap Sky membantunya dan mendudukannya.

“Kalau enggak kuat, aku akan mengantar makanannya keseini”

Sky bangkit dan keluar dari kamarnya, Lucy memegang kepalanya yang masih pusing. Sungguh sakit kepalanya. Beberapa menit kemudia Sky membawa nampan yang berisi bubur dan air hangan untuk Lucy.

” Ini dimakan, tenang aja ini enggak ada racunnya”

Dengan cepat Lucy mengambil sendok dan memekan buburnya. Sky yang sedari tadi menatap wanita didepannya ini tidak sadar kalau sudut bibirnya naik. Setelah selesai makan Sky memberikan obat dari dokter, Lucy menerimanya dan meminum obat itu.

Sky bangkit dan merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah handphone terbaru dan memberikannya kepada Lucy

“Ini hp buat kamu”

Lucy sedikit ragu dengan tingkah lakunya tapi dia menerima hp yang diberikan

“Aku memberikan hp ini supaya aku bisa gampang menghubungimu”

“Dan jangan sekali – sekali kamu menghubungin orang lain untuk membantumu kabur dari sini”

Lucy hanya bisa terdiam rasanya bibirnya tidak bisa mengeluarkan kata – kata

“Kalau sampai kamu kabur dari sini kamu ingatkan konsekuensinya?” tangan dinginnya mulai membelai halus pipi Lucy

Lucy hanya membalas anggukan

“Bagus kalau gitu aku akan pergi ke kantor, oh iya lagi aku sudah menyiapkan bajumu untuk satu minggi ada dilemari”

“Yaudah aku berangkat dulu ya sayang..” Sky mulai mendekatkan wajahnya dan mencium dahi perempuan ini. Sekujur tubuh Lucy sangat kaku sampai dia tidak bisa menolak ciuman dari Sky.